ASSALAMU 'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUHU ...SHALOM...'ALEYCHEM.....AHLAN WA SAHLAN....BRUCHIM HABAYIM....SELAMAT DATANG DI RASAIL SALAM SHALOM

Selasa, 02 Desember 2008

Bagaimana Islam dan Kristen memperlakukan wanita haid ?

Dalam ajaran Islam, tidak ada perlakuan khusus pada seorang istri yang sedang Haid. Berbeda dengan perlakuan yang diajarkan oleh ajaran Kristen. Mari kita coba telaah dan kaji dari Al-qur'an & Hadits dan Injil.

Islam

Laki-laki dilarang berhubungan seks bila istrinya sedang haid. Al Quran menerangkan :

"Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah : Haidh itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri (jangan bersetubuh) dari wanita di waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci" Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu ditempat yang diperintahkan Allah kepadamu". Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri". (QS aL Baqarah:222)"

Tafsir ayat ini diuraikan dalam hadis berikut ini:

Diriwayatkan oleh Anas : "Kebiasaan bangsa Yahudi apabila perempuan datang haid, diasingkan waktu makan, tidak disetubuhi dalam rumah; maka Rasulullah saw ditanya sahabat tentang hal ini. Berkenaan dengan hal ini turunlah ayat; "Engkau ditanya tentang haid, katakanlah: Haid itu penyakit maka jauhilah mereka itu sebelum suci." Nabi berkata: "Perbuatlah segala sesuatu dengan istrimu diwaktu datang bulan kecuali bersetubuh." Khabar itu sampai kepada Yahudi lalu mereka berkata: "Apa maksudnya Muhammad ini?’ tiap-tiap kebiasaan kita selalu ditentangnya." (Terjemah Sahih Muslim, Kitab Al-Haid, juz 003, No 0592)"

Menurut ajaran Islam, suami masih diperkenankan untuk mencintai dan bermesraan dengan istrinya waktu datang bulan. Dan hal ini bukan merupakan suatu najis. Tidak seperti ajaran kristen yang mengajarkan bahwa segala sesuatu yang dipegang atau diduduki perempuan haid menjadi najis, ajaran Islam mengajarkan bahwa apapun yang dipegang wanita haid tidak akan menjadi najis. Rasulullah saw bersabda:

Dari Aisyah ra, katanya : "Bersabda Rasulullah saw; "Tolong ambilkan aku tikar sembahyang dari masjid!" Jawabku: "Aku sedang haid." Rasulullah saw bersabda; "Haidmu bukan ditanganmu." (Terjemah shahih Muslim, kitab Al Haid).

Diriwayatkan oleh Aisyah ra , katanya: "Pernah aku membasuh kepala Rasulullah saw diwaktu aku sedang haid". (Terjemah shahih Muslim , Kitab Haid).

Dari Maimunah ra katanya: "Adalah Rasulullah saw berbaring tidur bersama istri-istrinya diawaktu haid tanpa bersenggama." (Terjemah shahih Muslim Kitab Haid).


Kristen

15:19. Apabila seorang perempuan mengeluarkan lelehan, dan lelehannya itu adalah darah dari auratnya, ia harus tujuh hari lamanya dalam cemar kainnya, dan setiap orang yang kena kepadanya, menjadi najis sampai matahari terbenam.

15:20 Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga.

15:21 Setiap orang yang kena kepada tempat tidur perempuan itu haruslah mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam.

15:22 Setiap orang yang kena kepada sesuatu barang yang diduduki perempuan itu haruslah mencuci pakaiannya, membasuh diri dengan air dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam.

15:23 Juga pada waktu ia kena kepada sesuatu yang ada di tempat tidur atau di atas barang yang diduduki perempuan itu, ia menjadi najis sampai matahari terbenam.

15:24 Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga.

15:25 Apabila seorang perempuan berhari-hari lamanya mengeluarkan lelehan, yakni lelehan darah yang bukan pada waktu cemar kainnya, atau apabila ia mengeluarkan lelehan lebih lama dari waktu cemar kainnya, maka selama lelehannya yang najis itu perempuan itu adalah seperti pada hari-hari cemar kainnya, yakni ia najis.

15:26 Setiap tempat tidur yang ditidurinya, selama ia mengeluarkan lelehan, haruslah baginya seperti tempat tidur pada waktu cemar kainnya dan setiap barang yang didudukinya menjadi najis sama seperti kenajisan cemar kainnya.

15:27 Setiap orang yang kena kepada barang-barang itu menjadi najis, dan ia harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air, dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam.

15:28 Tetapi jikalau perempuan itu sudah tahir dari lelehannya, ia harus menghitung tujuh hari lagi, sesudah itu barulah ia menjadi tahir.

15:29 Pada hari yang kedelapan ia harus mengambil dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati dan membawanya kepada imam ke pintu Kemah Pertemuan.

15:30 Imam harus mempersembahkan yang seekor sebagai korban penghapus dosa dan yang seekor lagi sebagai korban bakaran. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu di hadapan TUHAN, karena lelehannya yang najis itu. (imamat 15:19-30)

Menurut ajaran kristen diatas, bahwa wanita haid adalah najis. Segala sesuatu yang dipegang, diduduki dan ditidurinya menjadi najis, dan harus segera dicuci. Dan setelah selesai haid harus mempersembahkan korban sebagai penghapus dosa. Ajaran diatas sangatlah melecehkan wanita. Ajaran diatas seharus harus tetap dijalankan oleh umat kristen. Kalau umat kristen menurut apa yang di ajarkan Yesus maka laksanakan hukum tentang wanita haid diatas. Sebab Yesus tidak akan menghilangkan satu huruf pun dair hukum Taurat.

"Do not think that I [Jesus] have come to abolish the Law (the Old Testament) or the Prophets; I have not come to abolish them but to fulfill them. I tell you the truth, until heaven and earth disappear, not the smallest letter, not the least stroke or a pen, will by any means disappear from the Law (the Old Testament) until everything is accomplished. (Matthew 5:17-18)"

Jelas sekali dari ayat diatas Bahwa Yesus menghormati hukum Taurat dan mengikuti dan menggenapi taurat.

"Then Jesus said to the crowds and to his disciples: 'The teachers of the law and the Pharisees sit in Moses' seat. So you must obey them and do everything they tell you. But do not do what they do, for they do not practice what they preach.' (Matthew 23:1-3)"

"Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepadaku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya apa yang ditulisnya, bagaimana kamu akan percaya akan apa yang kukatakan?" (John 5:46-47)

"Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum taurat batal". (Lukas 16:17)

Padahal langit dan bumi belum lenyap, maka hukum Taurat harus tetap dijalankan oleh umat kristen, tidak boleh dibatalkan termasuk hukum tentang wanita haid diatas.

Kesimpulan:

Islam lebih respek terhadap wanita haid dari pada ajaran kristen. Orang islam masih diperbolehkan untuk mencintai, bercanda dan bermesraan dengan istrinya yang sedang haid tetapi dilarang untuk bersetubuh dengannya. Sedangkan ajaran kristen mengajarkan bahwa wanita haid adalah najis. Segala sesuatu yang dipegangnya menjadi najis. Segala yang didudukinya menjadi najis. Segala yang ditidurinya menjadi najis. Laki-laki yang duduk dibekas tempat duduk wanita haid menjadi najis. Setelah habis masa haidnya menurut ajaran kristen maka harus diadakan korban penghapusan dosa dengan mengorbankan burung merpati dan burung tekukur, dengan ini dapat diambil kesimpulan bahwa wanita haid menurut ajaran kristen adalah berdosa maka harus dihapus dosanya dengan mengorbankan burung.(Al Islah Online)





Senin, 01 Desember 2008

Al Qur’an berbicara tentang kata “YHVH” (seri YHVH 1)

Oleh Ni'matullah D.Felani Yash'a

Di Dunia ini ada dua agama yang memilki banyak kesamaan yang sama persis dan hanya sedikit perbedaan, baik dalam konsep ketuhanan maupun konsep syariat, kedua agama itu adalah Yahudi dan Islam. Namun, ada suatu perbedaan yang mendasar pada masing-masing agama, yaitu bagaimana mereka menyebut nama Tuhan. Yahudi sebagai agama monotheisme pertama, mengklaim bahawa nama Tuhan alam semesta adalah
YHVH (Yahweh, Yahuwah, Yehovah). Sedangkan Islam mengklaim bahawa nama Tuhan yang benar adalah ALLAH.

Tapi, apakah dari segala kesamaan konsep ketuhanan, syariat, kisah-kisah yang ada di Al Quran dan Taurat, apakah mungkin kesamaan-kesamaan itu berasal dari Tuhan yang berbeda?. Ini yang membuat penulis berani menulis artikel ini.

Kata “Yahweh” dalam Al Qur`an.
Apakah umat Islam menerima kata Yahweh yang diklaim orang Yahudi? Adakah kata “Yahweh” terdapat dalam Al Quran Al Karim sebagai penyempurna kitab-kitab terdahulu?
Pemikiran penulis menjelajahi makna kata Yahweh yang diakui oleh pemeluk Yahudi, dan mencari kata-kata yang semisalnya dalam Al Qur`an. Dan berhenti serta berfikir untuk satu nama dalam Al Quran, Zakariyya.

“penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariyya,” (QS.Maryam:2)

“Hai Zakariyya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.”(QS.Maryam:7)


Setiap umat Islam pasti mengetahui ayat diatas, ya itu adalah penggalan surat Maryam. Sebenarnya yang ingin penulis paparkan disini adalah, tentang nama yang terdapat dalam penggalan ayat tersebut. Ya, nama itu adalah Zakariyya , salah satu utusan Allah AWJ dari kalangan bani Israil.
Zakariyya as yang merupakan orang bani Israil, sudah tentu memiliki nama yang berasal dari bahasa Ibrani (bahasa Bani Israil). Karena nama Zakariyya dalam teks bahasa Arab Al Qur`an adalah tidak memiliki arti, maka harus kita kembalikan kedalam bahasa asli nabi Zakariyya AS.

Zakaria secara etimologi bahasa Ibrani

Zakariyya adalah hasil transliterasi ke dalam bahasa Arab dari nama Ibrani Zacharyah . Sedangkan kata Zacharyah berasal dari akar kata zakhara dan akhiran -Yah.
Zakhara berarti mengingat, sedangkan -Yah adalah singkatan untuk kata Yahweh, Yahuwah,atau juga Yehovah (YHVH), yang diartikan umat Yahudi sebagai nama Tuhan, sesembahan Ibrahim, Musa, dan ‘Isa. Jadi jika kedua kata itu disatukan akan membentuk kata Zacharyah yang artinya ‘diingatkan oleh Tuhan’ atau ‘Tuhan telah mengingat’.
Jadi, sebenarnya nama Yehuwah (YHVH) masuk kedalam Al Quran melalui nama Nabi Zakariyya as yang merupakan hasil transliterasi dari Zacharyah. Dan Allah SWT dalam firman-Nya (Al Quran) tidak merubah nama Zakariyya menjadi nama lain sebagai gelar, seperti nama Nabi Idris as yang sebenarnya bernama Henoch, gelar Idris diberikan sesuai akar katanya “da-ra-sa” yang artinya belajar, dikarenakan nabi Idris as adalah manusia pertama yang menulis dengan pena. Penyantuman nama Zakariyya (Zacharyah dalam lidah Arab) mengindikasikan bahwa Allah ingin memberitahukan maksud dari akhiran “Yah”, yang diartikan para penganut Yahudi sebagai nama Tuhan yang sebenarnya. Apakah maksud dari kata Yah ataupun Yahuwah dalam nama yang tercantum di Al Quran itu? Apakah nama Tuhan itu benar-benar YHVH (Yahweh, Yahuwah, Yehovah)?


Nama Yahweh (TUHAN): Asal-usul dan Makna Teologis

Nama Yahweh untuk pertama kalinya dinyatakan kepada Nabi Musa (Keluaran 6:1). Allah menyatakan diri kepada Nabi Musa dalam nyala api yang keluar dari se-mak duri, dan ketika Allah mengutusnya menghadap kepada Firaun untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir, Musa bertanya: "Ba-gaimana tentang Nama-Nya? (Ibrani: Mah symo). Apakah yang harus kujawab kepada mereka?" (Keluaran 3:13).
Patut dicatat pula, cara biasa untuk menanyakan nama seseorang dalam bahasa Ibrani memakai kata ganti Mi, "Siapakah" (bandingkan dengan kata Arab, Man). Tetapi di sini dalam ayat ini dipakai "Bagaimana (mah) tentang Nama-Nya?". Mah symo, sejajar dengan bahasa Arab: Ma smuhu, menuntut suatu jawaban yang lebih jauh, yaitu memberikan arti ("apa dan bagaimana") atau hakikat dari nama itu. Bukan sekedar menunjukkan nama, melainkan lebih dari itu makna yang menunjuk kepada "Kuasa di balik Dia yang di-Nama-kan".
Pertanyaan Nabi Musa ini lalu dijawab Allah dalam bahasa Ibrani: Ehyeh asyer ehyeh, -- Aku adalah Aku (Keluaran 3:14). Dengan firman itu Allah menyatakan siapakah Diri-Nya. Secara gramatikal, apabila Allah sendiri yang mengucapkan Nama-Nya, maka kita menjumpai bentuk ehyeh (Aku Ada), sedangkan apabila umat Allah yang mengucapkan tentu saja memakai kata ganti orang ketiga Yahweh (Dia Ada).
Bagaimana pula secara gramatikal akhirnya kita menemukan bentuk Yahweh? Menurut sebuah tafsir dalam bahasa Ibrani yang cukup representatif (karena berasal dari kalangan rabbi-rabbi Yahudi sendiri), memang bentuk yahweh tersebut berkaitan erat dengan ke-"Maha hadir"-an Ilahi, baik dahulu, kini dan yang akan datang. Keber-Ada-an Allah apabila dikaitkan dengan ketiga aspek waktu tersebut, dalam bahasa Ibrani adalah: hayah, "Ia telah Ada" (He was), howeh, "Ia Ada" (He is), dan yihyeh, "Ia akan Ada" (He will be). Maksudnya di sini, Allah itu Mahakekal, tidak terikat oleh aspek waktu, dan hal itu dibuktikan dengan kekuasaan-Nya yang selalu dinamis.
Jadi, arti nama Yahweh sendiri pun adalah merupakan terjemahan dari kata “Aku adalah Aku” bukan murni nama Tuhan.


Telaah Nama YHVH menurut Penulis

Nama Yahweh memiliki arti “Aku adalah Aku” yang mengindikasikan bahwa Tuhan memiliki sifat yang tidak dapat terjangkau oleh akal dan pikiran manusia, dan juga memiliki dzat yang tidak sama dengan makhluk.seperti yang tertulis dalam Al Quran

وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ

“Tiada seorangpun yang setara dengan Dia” (QS. Al Ikhlash:4)

Ini menyatakan bahwa Tuhan adalah Dzat yang tidak terjangkau oleh akal , kemampuan dan ilmu pengetahuan manusia. Jadi, nama Yahweh sebenarnya adalah nama gelar untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam.